Tugas Akhir Konseling Keluarga



Skrip Video Konseling Keluarga

Kampung Mekar Sari, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Serang, terdapat satu keluarga yang menurut pandangan mata harmonis, mira dan bara namanya, mira bekerja sebagai guru di sekolah MTS dan SD dekat rumahnya, sedangkan Bara, dia bekerja sebagai seorang petani, mereka memiliki 2 orang anak perempuan yaitu Lina dan Nurul dan satu orang anak laki-laki bernama Nazat. Mereka hidup dengan keadaan sederhana,  mereka memiliki tetangga yang tidak lain adalah kakek, nenek dan bibi anak-anak mereka, dan hubungan mereka dengannya pun sangatlah baik.
Di tahun 2015, anak pertama mereka, Lina memasuki sekolah kejenjang yang lebih tinggi, dia kuliah di salah satu Universitas di Kota Serang, karena jarak antara rumah dan kampusnya jauh, dia memutuskan untuk sewa kos-kosan di dekat kampusnya, dan kebetulan sepupunya juga kuliah di Universitas yang sama namun tinggal satu tahun lagi, akhirnya dia di dapati kos-kosan oleh sepupunya itu dengan teman sebayanya yang saudaranya juga kuliah disana, dia pun menjalankan aktivitas sehari-harinya disana dengan senang hati dan masih belajar untuk mengenal lingkungan barunya.
Masih ditahun yang sama, anak kedua mereka, Nazat memasuki sekolah tingkat menengah pertama di salah satu sekolah yang jaraknya tidak jauh dari rumah, setiap hari sekolah dia selalu mengendarai sepeda motor neneknya untuk pergi kesekolah, dia anaknya susah diatur, ngeyel, masa bodo, tapi didalam hati kecilnya ia memiliki sifat yang penyayang.
Sedangkan anak ketiganya masih berumur 5 tahun, Nurul,  jika ibunya pergi mengajar, dia selalu ingin ikut, dia anaknya aktif, cepat akrab, cerewet, ingin menang sendiri, apapun yang dia mau harus segera dituruti, kalau tidak, bisa-bisa barang yang sedang dia pengang hancur karena dilemparnya.
Semuanya berjalan begitu sempurna, mereka hidup bahagia, sampai suatu ketika, disetiap Lina pulang ke rumah dan ketika itu mira tidak ada dirumah, dia selalu melihat Bara berbincang-bincang di telpon, dia tidak berpikir macam-macam, dia hanya berpikir bahwa ayahnya itu pasti sedang berbincang-bincang dengan ibunya, namun diwaktu lain ketika mira sedang dirumah, bara masih tetap berbincang-bincang dengan seseorag ditelpon dengan kata-kata yang menurut dia itu hanya pantas untuk diucapkan kepada ibunya, sampai-sampai  ketika dia hendak kekamar kecilpun, dia membawa hpnya dan birbincang-bincang disana. Lina tidak ingin berprasangka buruk kepada ayahnya tersebut, Lina hanya diam seolah-olah dia tidak pernah mendengar hal itu. Ketika Lina menginjak semester 3, hal yang serupa masih terjadi, namun dia belum berani untuk menanyakannya langsung kepada Bara atau kepada Mara.
Di setiap naik semester. Lina selalu mendapatkan libur yang begitu panjang sampai dua dan tiga bulan, dia memberitahu ibunya bahwa dia akan pulang. Di akhir pekan, libur panjang Lina pun dimulai, dia pulang dengan begitu bersemangat karena akan bertemu keluarga yang ia rindukan dengan waktu yang lama. Sesampainya dia dirumah, suasananya masih sama seperti biasanya, masih sama dengan Mara yang setiap pagi pergi kesekolah untuk mengajar, Bara yang setiap hari pergi ke sawah, Nazat yang setiap hari pergi kesekolah, dan si adik kecilnya, Nurul masih senang ikut Mara pergi kesekolah.
Sudah satu minggu berlalu Lina dirumah, dia merasa ada yang berbada dengan seisi rumah, dia selalu melihat Mara yang apabila dia dan adiknya melakukan kesalahan sekecil apapun , Mara akan memarahi kami sejadi-jadinya, seperti kami melakukan kesalahan yang sangat besar. Nurul sudah satu minggu itu dia menginap dirumah bibinya yang tinggal di kampung sebelah, namun jaraknya lumayang jauh dari rumahnya, Sedangkan Bara masih terlihat sama seperti sebelumnya. Ketika malam tiba, Lina dan Nazar tidur kekamarnya, Mara, akhir-akhir ini dari seusai shalat isa dia sesalu langsung tidur, dan tidak lama kemudian disusul oleh Bara, pada jam tengah malam tiba Lina mendengar suara perempuan menangis, namun dia menghiraukannya, dia berpikir bahwa yang menangis itu adalah tetangganya, namun semakin didengarkan, suara itu semakin mirip dengan suara ibunya, Nazat yang tidur disampingnya pun terbangun dan melihat Lina yang ternyata terbangun juga, Nazat berkata,
“Ka, Ibu”, (sambil menatap Lina),
“Iyah, kaka juga denger”, (menoleh kearah Nazar)
“Ka, Ibu nangis, kaka tahu nggak kenapa Ibu nangis?”, (dengan wajah sedih)
“Iyah, kaka juga tahu”, (sambil mengingat-ingat kejadian yang pernah Ayahnya lalukan ketika Ibu tidak ada dirumah, dan menduga bahwa Ayah pasti sedang berbincang-bincang dengan perempuan lain)
“Kaka tahu dari mana?, dari Umi yah (bibi yang menyuruh Nurul untuk menginap dirumahnya)”, (dengan wajah heran).
“Bukan, pokonya kaka tahu”.
“Iya ka, Ibu…”, (terpotong karena dia menangis).
“Sstt, jangan nangis, nanti Ibu sama ayah denger”, (berusaha untuk menenangkan Nazat).
Terdengar oleh mereka suara pintu terbuka, dan ternyata Ayah menyuruh Nazar untuk menghubungi suami Umi (kiayi), dan Lina disuruhnya untuk menenangkan Ibunya.
Bara (Ayah) sibuk mempersiapkan air minum didapur, Lina masih memegangi tangan dan dahi Ibunya,  seketika Ibu menjerit sejadi-jadinya, itu membuat Lina terkejut lalu terdiam sejenak dan pergi kekamarnya lagi, Ayah yang sedang didapur segera berlari ke kamar karena mendengar jeritan itu, Ayah berusaha menenangkan Ibu, Ibu menangis di kamarnya. Tidak lama kemudian datanglah Nazat bersama kiai rohman (suami Umi), dia segera melihat Ibu kekamar, lalu berusaha menenangkan Ibu dengan membacakan ayat-ayat al-quran kekepalanya dan air lalu diminumkannya kepada Ibu, Mara ( Ibu) pun sedikit demi sedikit sadar dan mulai tenang, lalu Ibu pun tertidur kembali, Linapun tertidur setelah menangis dikamarnya, Rohman memberikan saran kepada Ayah untuk meminumkan air yang sudah ia bacakan ayat-ayat al-quran kepada Ibu, setelah itu Rohman di antar pulang kembali oleh Nazat kerumahnya, dan keadaan kembali normal. Kejadian tersebut hampir  terjadi setiap malam selama satu minggu.
Di akhir pekan semua orang ada dirumah, hanya Nazat yang tidak ada karena pergi bermain dengan teman-temannya. Lina dan Nurul sedang menonton tv, tiba-tiba Ibu memanggil Ayah untuk pergi menemuinya dikamar lalu mengunci paksa pintu kamarnya dari dalam, Lina sudah memiliki firasat yang tidak enak akan hal itu, tapi dia berusaha untuk memperihatkan keadaan yang biasa saja dengan terus menonton tv dengan nurul, tiba-tiba terdengar suara bentakan Ibu, Lina masih menonton tv, lalu terdengar suara barang terjatuh, Lina mulai was-was, lalu Lina melihat Ibu ingin membuka paksa pintu kamarnya namun ditahan oleh Ayah, lalu Lina berkata
“Coba jangan berisik, ada anak kecil”, (didalam hatinya tahu bahwa mereka sedang bertengkar).
Ibu menjawab “Ngapain ngebelain orang kaya gini”, (sambil terus berusaha menarik paksa pintu kamar, namun tidak berhasil, karena dihalangi oleh Ibu).
Lina tiba-tiba dapat telpon dari kekasihnya, lalu dia mengangkatnya dan mulai berbincang-bincang dengannya, namun Lina sudah tidak kuat mendengar mereka bertengkat, dan merasa kasihan kepada Nurul yang masih kecil, seharusnya dia tidak melihat atau mendengar semua itu. Akhirnya Lina mengajak Nurul pergi keluar rumah masih dalam keadaan telpon hidup, karena dia memakai hedset jadi dia membawanya, dia menitipkan Nurul kepada neneknya yang sedang berjaga warung yang berada didepan rumahnya sambil menanyakan bibinya (soli) yang tinggal di sebelah rumahnya, setelah tahu bahwa Soli ada dirumah, dia langsung berlari menuju rumah, memeluk Soli sambil menangis, dan menghiraukan panggilang dari kekasihnya, namun dia tidak mematikan telponnya,
“Ada apa?”, (terkejut)
Lina tidak bisa menjawabnya, dia hanya menangis dipelukan Soli
“Ibu sama Ayah yah?”, ( Soli menebak akibat Lina menangis).
“Iyah”, (sambil menangis tersedu-sedu)
“Lina tahu dari mana?”, (sambil berusaha meepaskan pelukannya dan menatap wajah Lina), “Dikira tante, kamu nggak tahu, akhir-akhir ini tante melihat ayah kamu selalu berbincang-bincang ditelpon setiap malam, padahal tante tahu kalo Ibu kamu itu sedang tidur didalam rumah, dan tidak mungkin dia menelpon ayahmu yang berada didepan rumahmu, tante hanya bisa diam melihat itu semua, karena tante takut kejadian seperti ini akan terjadi, dan ternyata dugaan tante benar, kamu akan tahu dan akhirnya seperti ini, karena sebelum kamu pulang, Ibu mu selalu membicarakan keanehan yang ada pada ayahmu pada tante, dan dia dia berpesan untuk tidak memberitahumu, karena dia takut akan mengganggu kuliahmu, dan dia juga akan bertahan sampai kamu pergi keserang lagi untuk melanjutkan kuliahmu, namun tante bilang sama Ibumu, bahwa kaka tidak akan kuat untuk menahannya, dan seiringnya waktu Lina pun akan tahu akan hal ini, namun Ibumu tetap pada pendiriannya untuk tidak memberitahumu, dan sebenarnya sebelum kamu pulang, Ibu dan adik-adikmu sudah satu minggu menginap dirumah umi, dan ayahmu berkali-kali berusaha menjemput Ibu dan adik-adik pulang kerumah namun mereka tidak mau, mungkin Ibu sudah terlanjur sakit hati, dan mamah juga tidak enak dengan nenek, makanya Ibu memutuskan untuk membawa adik-adikmu menginap dirumah umi. Namun ketika kamu kamu menghubungi Ibumu dan bilang mau pulang, Ibumu segera pulang kerumah dan berusaha untuk tidak memperlihatkan masalah yang dialaminya”, (sambil menenangkan Lina dengan mengusap-usap punggungnya).
“Tapi tan, pada akhirnya Lina tahukan, dan Lina merasa tidak dianggap oleh Ibu karena Ibu tidak memberitahu lina, Lina ini sudah besar tan, Lina akan berusaha semampu Lina untuk membantu Ibu”, (sambil menangis)
“Iyah, tante ngerti, yasudah, sekarang Lina berusaha untuk tenang, dan sekarang kan Lina sudah tahu, Lina harus menunjukan pada Ibu bahwa Lina tidak tahu permasalahan Ibu, supaya mamah tidak merasa terbebani”,
“Tapi tan, Lina tidak bisa melihat mamah seperti itu sendirian, Lina sayang Ibu”, (masih menangis)
“Lina sayang sama Ibu, berarti Lina harus nurut apa kata tante”
Lina terdiam dan tangisannyapun terhenti ketika mendengar hpnya bordering, ternyata kekasihnya menelponnya lagi, namun Lina belum menjawab pertanyaan-pertanyaan kekasihnya yang heran karena tiba-tiba telponnya mati, dia menenangkan hatinya dengan tiduran di kamar tantenya sampai malam, sampai-sampai ketika dia dipanggil oleh ayahnya dia pura-pura tidak mendengarnya, sampai tantenya menyuruhnya untuk pulang, Lina merasa berat untuk menutupi ketahuannya pada masalah orang tuanya, namun dia tetap berusaha semampunya untuk menutupinya.
Lina pulang, dan dirumah Lina disuruh membantu ayahnya, namun ketika Ibu melihatnya, Ibu berkata
“Ngapain sih ka ngebantuin orang yang kaya gitu”, (sambil masuk kekamarnya)
Lina hanya terdiam dan melanjutkan membantu ayahnya.
Beberapa hari berlalu, suasana rumah begitu sangat tidak membuat Lina merasa nyaman, dia selalu mendengar Ibunya menangis, melihat Ibunya yang tidak mau makan, di ajak ngobrol malah marah-marah, tidak pernah masak, badannya semakin hari samakin kurus, Nurul tidak pernah lagi ditidurkan oleh Ibunya, dia selalu ditidurkan oleh Ayah setiap malam, Nazar  yang selalu main lalu pulang larut malam,  Lina tidak kuat dengan keadaan keluarganya yang seperti itu, dia selalu merasa ingin pergi jauh dari kehidupan keluarganya, namun semua itu dia tahan demi Ibunya.
Sehabis Mara pulang mengajar,  dia mengajak bicara kepada Bara di kamarnya, Lina dan Nazat yang sedang tiduran dikamarnya, mendengar orang tuanya bertengkar lagi, dan Mara menangis, Lina dan Nazat tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya menangis didalam kamarnya sambil mendengar orang tuanya bertengkar, lalu mereka mendengar Bara berbicara bahwa dia akan pulang terlebih dahulu meminta maaf kepada kedua orang tuanya yang tinggal di daerah pinang, Mara melerainya, lalu Bara masuk kedalam kamar Lina dan Nazar untuk meminta maaf dan mencium pipi mereka sambil menangis dan meminta maaf, Lina yang memiliki perasaan benci kepada ayahnya itu hanya diam mematung, sedangkan Nazar memintaa maaf balik kepada ayahnya dan menawarkan akan mengantarnya pulang kerumah orang tuanya, lalu mereka bersiap-siap, dan termenung di warung depan rumahnya, melihat Lina pergi kerumah uanya untuk mencari Nurul, namun ketika Lina pulang kembali dan tidak membawa Nurul, Bara melihatnya seolah-olah ingin ditahan pergi oleh Lina, namun Lina tidak melihatnya sedikitpun, dia hanya bergegas pulang kerumah. Namun pada akhirnya Bara tidak jadi pulang karena turun hujan begitu deras, dia pun pergi kembali kerumahnnya.
Keadaan dirumah tetap masih sama, walaupun Bara telah kembali. Namun disetiap hari bara selalu membujuk Mara untuk makan bersama-sama dengan membelikan makanan kesukaannya, Mara menuruti kemauan Bara, namun raut wajah Mara masih tetap masam seperti biasanya. Karena tidak tahan dengan sikap istrinya, Bara merasa kesal kepada Mara, dan akhirnya Bara memutuskan untuk mengkonsultasikan masalahnya dengan konselor agar dapat menemukan jalan keluar yang terbaik untuk keluarganya.
Keesokan harinya Bara mandatangi konselor, konselorpun menyambutnya dengan baik dan menghampirinya (attending) dengan berjabat tangan dan mempersilahkan duduk.
Konselor          : Senang sekali bertemu dengan pak Bara. Ada yang bisa saya bantu ?
Konseli (A)     : Saya datang kesini dengan tujuan untuk menceritakan permasalahan yang saya alami”
Konselor          : hal apa yang mengganggu fikiran bapak ? ( Refleksi perasaan )
Konseli            : jadi begini, saya melakukan kesalahan besar pak.
Konselor          : kesalahan besar seperti apa yang bapak lakukan ?
Konseli            : ( konseli terdiam sejenak )…. Mmmmm, gini pak. Sebenarnya saya bingung harus menceritakan permasalahan ini dari mana.
Konselor          : saya mengerti bagaimana kondisi bapak saat ini, cobalah perlahan-lahan ceritakan kepada saya permasalahan yang sedang bapak alami.
Konseli            : jadi begini, beberapa bulan yang lalu saya melakukan kesalahan yag bisa dibilang fatal, awalnya ada nomor yang tidak dikenal mengirim pesan singkat kepada saya dan tidak lama kemudian nomor itupun miscall saya, sekali dua kali saya abaikan, namun hal itu menjadi terus menerus hampir setiap hari
Konselor          : lalu apa yang bapak lakukan?
Konseli            : karena saya merasa kesal, saya mengirim pesan singkat kepadanya dan menanyakan siapa dan apa tujuannya menghubungi saya, lalu dia menjawab ingin berkenalan dengan saya
Konselor          : lalu apa yang bapak lakukan? Dan dapatkah bapak menceritakan lebih jelas mengenai masalah yang terjadi
Konseli            : awalnya saya menolak tetapi karena dia selalu mendesak saya, saya pun mulai merasa nyambung berkomunikasi dengannya, dari situ lah benih-benih rasa nyaman muncul dan akhirnya saya dan dia sering pergi bersama-sama tanpa sepengetahuan istri dan anak-anak saya
Konselor          : apa yang bapak rasakan ketika bapak melakukan hal itu?
Konseli            : awalnya saya merasa takut dan khawatir orang rumah akan tahu, namun semakin saya sering pergi dengannya semakin merasa biasa saja.
Konselor          : Lalu setelah itu apa yang terjadi ?
Konseli            : dan pada akhirnya istri sayapun tahu apa yang saya lakukan di belakangnya. Dan pada akhirnya ia marah kepada saya.
Konselor          : lalu bagaimana sikap istri anda setelah mengetahui hal itu? Dan anak-anak anda apakah tahu tentang hal ini ?
Konseli            : istri saya mendatangi teman perempuan saya tersebut, dan menanyakan ada hubungan apa saya dengannya. Anak-anak saya pada awalnya tidak mengetahui masalah ini, namun karena saya dan istri sering bertengkar di rumah akhirnya anak-anakpun mengetahui masalah ini.
Konselor          : lalu bagaimana sikap anak-anak terhadap bapak sekarang ini ?
Konseli            : sikap anak saya yang pertama, sampai saat ini masih menghormati saya namun sikapnya sangat dingin tidak seperti biasanya. Sedangkan anak-anak saya yang lain karena masih anak-anak, jadi mereka belum begitu memahami apa yang terjadi.
Konselor          : baik, saya cukup memahami masalah yang terjadi. Setelah apa yang bapak ceritakan tadi, saya sedikit menyimpulkan bahwa istri anak bapak yang pertama sangat marah terhadap perilaku bapak tersebut. kalau begitu, bisakah nanti di pertemuan selanjutnya, bapak datang bersama istri dan juga anak-anak bapak ?
Konseli            : baik pak, saya usahakan untuk datang bersama dengan keluarga saya.
Konselor          : kalau begitu, pertemuan kali ini kita cukupkan sampai di sini.

(Tiga hari kemudian Bara datang bersama dengan istri dan anak-anaknnya)

Bara (A)          : Assalamualaikum
Konselor          : waalaiikumsalam, ooh pak Bara, silahkan masuk,
Bara                 : kenalkan ini istri dan ank-anak saya
Konselor          : wah. Saya senang sekali dengan kedatangan bapak beserta keluarga,
Konselor          : pada pertemuan sebelumnya bapak sudah menceritakan masalah yang terjadi didalam keluarga, saya ingin bertanya kepada ibu, bagaimana perasaan ibu pada saat ini terhadap bapak?
Ibu                   : parasaan saya ketika saya mengetahui perbuatan suami saya, saya sangat marah dan kecewa.
Konselor          : lalu bagaimana sikap ibu terhadap suami ibu ?
Ibu                   : saya sampai saat ini masih melakukan kewajiban saya sebagai seorang istri, namun hati saya berkata lain, rasanya saya ingin pergi dari rumah dan sementara tinggal dirumah adik saya.
Konselor          :  jika ibu bersikap seperti itu bagaimana degan anak-anak ibu?
Ibu                   : maka dari itu kenapa saya masih bertahan dirumah, karena saya menghawatirkan anak-anak saya
Konselor          : baik tindakan ibu untuk masih tetap bertahan dirumah itu sudah benar, tapi apakah ibu tidak ingin keluarga ibu kondisinya lebih membaik?
Ibu                   : saya sangat ingin seperti itu, namun hati saya sudah sangat kecewa dengan perbuatan suami saya
Konselor          : saya mengerti apa yang ibu rasakan, sekarang saya ingin bertanya kepada anak-anak ibu terutama kepada Lina, bagaimana pesaan Lina kepada Ayah?
Lina                 : saya sangat kecewa dan marah kepada ayah, tapi saya juga takut kehilangan ayah saya
Konselor          : kehilangan apa yang Lina maksudkan?
Lina                 : maksud saya, karena saya sering melihat ibu dan ayah bertengkar, saya takut ibu dan ayah memutuskan untuk bercerai dan akhirnya ayah memutuskan untuk meninggalkan kami.
Konselor          : oke baik, apakah ada yang ingin bakak utarakan kepada istri dan anak-anak bapak?
Bara                 : sebelumnya ayah minta maaf sama ibu dan juga anak-anak atas perbuatan ayah yang akhirnya membuat kalian kecewa, ayah tahu ayah salah, ayah hilaf pada saat itu, namun sekarang ayah sadar dan ingin keluarga kita baik seperti biasanya, ayah tdak bisa menjanjikan apapun, namun ayah akan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Lina                 : apakah ayah tidak memikirkan perasaan kita?
Ibu                   : apa yang sudah ayah lakukan itu sangat salah
Bara                 : ayah tau ayah salah, yang namana manusia tidak ernah luput dari salah dan lupa, yang pasti ayah sudah mengaku salah dan berusaha memperbaiki kesalahan ayah.
Ibu                   : tapi kan yah, rasanya sakit ketika ibu tau apa yang dilakukan ayah dibelakang ibu seperti itu. ayah tidak memikirkan bagaimana perasaan ibu dan juga anak-anak.
Konselor          : Baik, begini ya.. Ibu dan bapak serta anak-anak  sekarang sudah tahu perasaan masing-masing, benar apa yang dikatakan oleh pak Bara tadi bahwa manusia tidak luput dari salah dal lupa, dan apabila bapak dan ibu terus seperti ini, bagaimana nanti masa depan ank-anak, anak-ank pasti terbebani oleh semua itu, dan saya harap bapak dan ibu akan berbaikan dan menjalin hubungan seperti biasanya.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal tasawuf lebih dalam dengan 3 buku ini

Ahli Hikmah ( Ruqyah )

Jurusanku dan masa depan yang cerah menceriakan