Resensi Film Dead Man Walking

ketulusan suster mengalahkan hati yang beku




Nama                           : Nida Millati Robbiha
NIM                            : 153400533
Jurusan                        : Bimbingan dan Konseling Islam
Semester/Kelas            : V ( Lima ) C
Dosen Pengampu        : Ahmad Fadhil, Lc., M. Hum.

Data / Identitas Film :

Judul Film                   : Dead Man Walking
Oleh                            : Tim Robbins
Pemain / Pemeran        :
Ø  Susan Sarandon sebagai Suster Helen Prejean
Ø  Sean Penn sebagai Mathew Poncelet
Ø  Robert Prosky
Ø  Raymond J. Barry
Ø  R. Lee Ermey
Ø  Scott Wilson

Tanggal Rilis               : 29 Desember 1995
Durasi                          : 02 : 02 : 37

Resensi :

Saya membuat tulisan ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Konseling Nabawi yang diampu oleh Bapak Ahmad Fadhil. 

Film Dead Man Walking  ini menceritakan tentang seorang suster (Biarawati) yang bernama Helen Prejean yang memberikan bimbingan kepada seorang terpidana mati yang bernama Mathew Poncelet atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan sepasang kekasih. Poncelet melakukan aksi kejahatannya tersebut bersama dengan temannya yang bernama Carl Vitello, mereka membunuh Walter Delacrois dan kekasihnya Hope Percy. Poncelet dijatuhi hukuman mati setelah menjalani masa hukuman enam tahun penjara di Lembaga Pemasyarakatan Louisiana.

Poncelet menulis surat kepada Suster Helen untuk meminta bantuan atas kasus yang sedang dialaminya tersebut. Setelah beberapa surat yang dikirim Poncelet kepada suster Helen, akhirnya suster Helen pun memutuskan untuk menemuinya. Pertama kali bertemu Poncelet mengaku kepada suster Helen bahwa ia tidak bersalah dan tidak melakukan aksi kejahatan tersebut. Ia mengaku bahwa ia telah dikhianati oleh Vitello, bahwa bukan ialah yang melakukan kejahatan itu, melainkan temannya tersebut. Poncelet meminta bantuan kepada suster Helen untuk mencarikannya pengacara dan melakukan mosi banding. Suster Helen pun memenuhi permintaannya dan melakukan mosi banding. Berbagai cara dan usaha dilakukan suster Helen untuk memperjuangkan kebebasan Poncelet dari hukuman matinya. Namun segala cara dan usaha yang dilakukannya tersebut tak membuahkan hasil. Banding ditolak, tes kebenaran (dengan alat deteksi kebohongan) Poncelet pun diragukan dan dianggap berbohong karena ia menjawab dalam kondisi tertekan.

Karena merasa bahwa tidak ada lagi usaha yang bisa dilakukan, sebagai permintaan terakhirnya Poncelet meminta Suster Helen untuk menjadi penasehat rohaninya dihari – hari terakhir sebelum ia dieksekusi. Hari – hari pun berlalu , walau suster Helen dikecam banyak orang terutama dari para keluarga korban, namun ia tetap tegar dan menemani Poncelet di hari – hari terakhirnya. Suster Helen berkata pada Poncelet bahwa untuk menebus dosanya mungkin hanya bisa dilakukan dengan cara bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat. Beberapa waktu menjelang dieksekusi Poncelet mengakui semua kesalahannya kepada Suster Helen, ia mengaku bahwa dirinya lah yang sudah membunuh Walter Delacroix dan Hope Percy. Walau sedikit rasa kecewa, namun Suster Helen merasa lega karena bagaimanapun Poncelet sudah berani mengakui kesalahannya. Dan menjelang eksekusi dilaksanakan Suster Helen mencoba menghibur Poncelet dengan lagu - lagu rohani serta kata - kata yang dapat menenangkan Poncelet yang ketakutan akan kematiannya. Poncelet pun berterimakasih karena di hari-hari terakhirnya suster Helen selalu menemani dan menghiburnya.

Poncelet pun diberi kesempatan untuk berkumpul, bercanda-tawa bersama Ibu dan adik - adiknya menjelang eksekusi. Ketika waktu eksekusi tiba dan ia sudah diikat di meja eksekusi untuk disuntik mati, ia diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan terakhir. Pesan yang ia sampaikan terakhir kali adalah kata maaf bagi orang tua Walter Delacroix dan juga orang tua dari Hope Percy, meskipun mereka tetap memandang Poncelet penuh kebencian tetapi ia tetap menyampaikan rasa maafnya dengan ketulusan demi mengharapkan maaf dari mereka agar ia bisa tenang saat ia meninggal nanti. Dan iapun berkata pembunuhan adalah salah, siapapun pelakunya baik itu penjahat individu, berkelompok maupun pemerintah.



Dan begitulah, Poncelet meninggal di atas meja eksekusi dengan beberapa suntikan mati.

Pada film ini terdapat proses bimbingan dan konseling. Di antaranya yaitu ketika suster Helen memberikan arahan kepada Poncelet untuk menebus dosanya dengan cara bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat, membimbing Poncelet untuk mengakui kejahatannya itu. Suster Helen memberikan bimbingan dengan menggunakan pedoman kitab Injil sebagai pegangannya.

Pelajaran yang dapat diambil dari film ini, diantaranya yaitu kita sebagai manusia yang memiliki akal, tidak seharusnya menyimpan amarah dan dendam, mengingat ngingat masa lalu, membenci dan membalaskan dendam, serta sakit hati hanyalah membuat hidup kita lebih kerdil dari diri kita yang sesungguhnya.  memaafkan itu suatu perbuatan yang baik untuk orang jahat sekalipun. Memaafkan adalah kekuatan yang luar biasa. Memaafkan adalah tindakan seseorang yang menolak untuk menjadi korban kebencian dan rasa dendamnya. Memaafkan memang tidak akan mengubah masa lalu kita, tetapi ia akan memperluas jangkauan masa depan kita.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal tasawuf lebih dalam dengan 3 buku ini

Ahli Hikmah ( Ruqyah )

Jurusanku dan masa depan yang cerah menceriakan